Tuesday, January 6, 2009

TAQWA BAGI JEMAAT AHMADIYAH

“Bagi Jemaat Ahmadiyah, secara khusus diperlukan taqwa. Khususnya dengan pandangan/pemikiran bahwasannya mereka menjalin hubungan dengan seseorang serta berada pada silsilah baiatnya, yaitu seseorang yang memiliki pendakwaan sebagai utusan Allah. Supaya orang-orang tidak peduli apakah mereka tenggelam didalam berbagai syirik, dengki, kebencian atau betapapun mereka berorientasi kepada dunia, dapat memperoleh keselamatan dari segala cobaan/bala tersebut. Kalian mengetahui bahwasannya jika seseorang sakit, tidak peduli apakah penyakitnya ringan atau berat, jika penyakitnya tidak diobati atau bersusah-payah untuk menyembuhkannya, maka orang yang sakit itu tidak dapat sembuh. Sebuah roda hitam yang muncul diwajah, menimbulkan keresahaan yang mendalam, jangan-jangan noda ini berkembang dan berkembang sehingga menghitamkan seluruh wajah. Seperti itu jugalah sebuah noda hitam dosa yang ada dalam hati. Dari helah-helah kecil dapat menjadi perkara-perkara yang besar. Perkara-perkara kecil itulah yang merupakan suatu noda/titik kecil yang menjadi besar lalu pada akhirnya menghitamkan seluruh wajah.” (Malfuzaat jilid.1,h.10)

KEBERHASILAN DUNIA DAN AKHIRAT

“Jika kalian menginginkan kalian meraih keberhasilan dunia dan akhirat (serta supaya) kalian memperoleh atas hati orang-orang, maka terapkanlah kesucian. Pergunakanlah akal dan berjalanlah diatas petunjuk-petunjuk Kalaam Ilahi. Dan perbaiki/luruskanlah diri kalian sendiri. Dan perlihatkanlah contoh ahlak fadhilah kalian pada orang lain. Barulah kalian akan berhasil.
Jadi pertama-tama ciptakanlah hati. Jika kalian ingin menanamkan pengaruh terhadap hati(orang-orang), maka ciptakanlah potensi amaliah. Sebab tanpa amal pebuatan, kata-kata dan kekuatan manusia sedikitpun tidak dapat memberikan faedah. Orang-orang yang berbicara melalui mulut mereka, ada ratusan ribu jumlahnya. Banyak sekali orang yang menyebut diri mereka maulwi dan ulama. Lalu mereka naik kemimbar, lalu member nasehat kesana kesana –kemariseraya bahwasannya mereka adalah naibur-rasul(wakil rasululla) dan warisul-anbiyaa (pewaris para nabi), lalu mengatakan : hindarilah takabur, keangkuhan, dan amal-amal buruk. Akan tetapi adapun perbuatan-perbuatan mereka dan hal-hal negative yang mereka lakukan sendiri, takarannya dapat kalian ketahui melalui perhitungan sejuh mana pengaruh/kesan ucapan-ucapan mereka terhaap hati kalian?”(Malfuzaat jld.1,h.67)